BANTEN, REMBANGCYBER.NET – Kemajuan teknologi dan internet membuat informasi menyebar dengan sangat cepat, namun di sisi lain juga memicu maraknya hoaks. Generasi Z, sebagai digital native, disebut sebagai kelompok paling rentan terhadap penyebaran hoaks.
Menurut Ahma Faisol dalam acara Workshop dan Pelatihan Kelas Cek Fakta di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, pada 11 Desember 2024, kampus dan mahasiswa berpotensi besar menjadi “benteng” dalam menghadang penyebaran berita bohong dan ujaran kebencian.
“Kita melihat dari perspektif positif, bahwa kampus dan mahasiswa dapat menjadi benteng ampuh dalam menghadang derasnya berita bohong ataupun ajaran kebencian. Oleh karena itu, mahasiswa perlu lebih bijak memanfaatkan media sosial,” ujar Faisol.
Faisol menjelaskan beberapa faktor yang membuat Gen Z rentan terpapar hoaks, antara lain kurangnya literasi digital, karakter Fear of Missing Out (FOMO), serta algoritma media sosial yang memperkuat penyebaran informasi tidak benar.
“Mereka sering tergoda untuk mempercayai atau menyebarkan informasi viral tanpa memverifikasi kebenarannya,” tegasnya.
Melihat kondisi ini, Medialink bekerja sama dengan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) berinisiatif meningkatkan literasi digital di kampus-kampus di seluruh Indonesia. Program ini bertujuan memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang pentingnya verifikasi informasi serta pelatihan teknis untuk memfilter berita yang benar.
“Kami sudah melakukan pelatihan literasi digital ini di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan kini di Banten. Selanjutnya, kami akan menyasar kampus-kampus di luar Jawa,” ujar Leli Qomarulaeli, Program Manager Medialink.
Program ini diharapkan dapat membekali mahasiswa dengan keterampilan menjadi agen anti-hoaks aktif sekaligus mendorong lahirnya generasi muda yang lebih bijak dalam bermedia sosial. Ril