Lasem, Rembangcyber.net – Di balik kain yang penuh corak dan warna, terdapat tangan-tangan cekatan para pembatik tulis di Lasem yang tak henti-hentinya mencurahkan kreativitas dan dedikasi mereka.
Namun, di tengah perkembangan teknologi dan munculnya batik printing, para pembatik tulis merasa eksistensi mereka terancam. Mereka kini menaruh harapan besar pada pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Rembang nomor urut 2, Harno dan Hanies, yang mereka yakini mampu menjadi penyelamat keberlangsungan seni batik tulis Lasem.
Pemilik usaha batik tulis Sekarmulyo Lasem, Joko Sri Purwanto, dengan nada penuh kekhawatiran, menceritakan bagaimana perkembangan batik printing bisa menggeser eksistensi batik tulis.
“Sekarang ini, banyak batik printing yang bermunculan. Kalau tidak ada langkah konkret, dalam 3 sampai 4 tahun ke depan, batik tulis Lasem bisa hilang. Pembatik-pembatik di sini bisa mati,” ungkap Joko dengan nada prihatin.
Bagi Joko dan banyak pembatik lain, seni membatik bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga warisan budaya yang sudah berusia ratusan tahun. Ketakutan mereka bukan hanya kehilangan mata pencaharian, tetapi juga hilangnya identitas budaya yang melekat pada Lasem.
Joko mengaku optimis terhadap gagasan yang diusung oleh Harno, calon Bupati Rembang. Menurutnya, Harno memberikan harapan baru dengan visi yang realistis. Salah satu hal yang ia garis bawahi adalah rencana Harno yang berkomitmen untuk turut mempromosikan dan melestarikan batik tulis Lasem.
“Kami sudah menyampaikan aspirasi kepada Pak Harno, dan beliau mendengarkan. Salah satu yang kami harapkan adalah peningkatan anggaran untuk promosi batik tulis. Ini bisa jadi angin segar bagi kami,” kata Joko.
Harno sendiri memang dikenal cukup sering berkunjung ke sentra-sentra produksi batik tulis di Kecamatan Lasem. Dalam setiap kunjungannya, ia mendengarkan langsung keluh kesah para pembatik, dan hal ini membuat mereka merasa didengar dan diperhatikan. Program kerja Harno bersama calon Wakil Bupati, Moch Hanies Cholil Barro’ (Gus Hanies), mencakup pembukaan lapangan pekerjaan yang luas, salah satunya dengan meningkatkan kapasitas UMKM, termasuk usaha batik tulis Lasem.
Bagi masyarakat Lasem, kehadiran Harno dan Hanies tidak hanya diharapkan membawa perubahan ekonomi, tetapi juga sebagai pelindung dan penerus warisan budaya. Di tengah derasnya arus digitalisasi dan globalisasi, perjuangan mempertahankan batik tulis Lasem adalah perjuangan untuk mempertahankan jati diri. Harno dan Hanies kini menjadi sosok yang dipercaya untuk mengemban tugas tersebut.
Dengan program yang terarah dan dukungan pemerintah daerah yang lebih besar, para pembatik berharap batik tulis Lasem dapat kembali berjaya, dan mereka tak perlu lagi khawatir tentang masa depan yang kelam.
“Kami hanya ingin tetap membatik, tetap menjaga warisan ini untuk anak cucu kami,” tutup Joko dengan harapan yang besar. Red