Rembang, Rembangcyber.net – Keluhan sejumlah warga di Kabupaten Rembang terkait sulitnya mendapatkan gas Elpiji 3 kilogram (kg) yang terjadi sejak sebelum Ramadan hingga saat ini langsung direspon oleh pemerintah.
Menanggapi kondisi tersebut, Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM (Dindagkop – UKM) Kabupaten Rembang, M Mahfudz menegaskan bahwa sebenarnya stok gas Elpiji 3 kilogram atau biasa disebut gas melon di Rembang aman.
Menurutnya, sulitnya mendapatkan gas melon saat ini dikarenakan perilaku masyarakat yang panic buying yang terjadi sejak datangnya bulan suci Ramadan hingga lebaran saat ini.
“Ketersediaan gas Elpiji 3 kilogram di Rembang sebenarnya cukup. Namun banyak masyarakat yang panic buying membeli gas untuk cadangan di rumah lebih dari satu. Mereka beli dengan jumlah banyak. Ini berimbas dengan ketersediaan gas di pasaran,” jelasnya, Rabu (17/4/2024).
Mahfudz menegaskan, Kabupaten Rembang sudah mendapat kuota tambahan gas elpiji melon dari kuota biasa sejak Ramadan lalu. Hal tersebut sebagai antisipasi meningkatnya kebutuhan masyarakat terkait gas Elpiji saat bulan Ramadan.
“Memang saat Ramadan kebutuhan meningkat. Kemudian dari UMKM juga permintaan meningkat. Konsumsi di lebaran juga meningkat. Banyak UMKM yang memproduksi jajanan karena banyak permintaan. Itu kita sudah antisipasi dengan meminta tambahan kuota,” imbuhnya.
Mahfudz menjelaskan, kuota gas Elpiji sudah ditetapkan oleh pemerintah. Kebutuhan Kabupaten Rembang selama satu tahun sekira 18 metrik ton atau setara dengan 6 jutaan tabung melon.
Kalau dirata-rata sekira 500 ribuan tabung perbulan. Pada bulan-bulan tertentu yang ada hari besarnya, terjadi peningkatan permintaan seperti saat Ramadan dan Idulfitri.
“Sejak awal Ramadan kita sudah menyampaikan permintaan penambahan kuota ke Pertamina. Bulan Maret dari kuota biasa 500 ribuan mendapat tambahan 10 ribuan tabung gas 3 kg. Bulan April, lebaran mendapat tambahan 28 ribu tabung,” jelasnya.
“Sebetulnya kalau langka ya tidak. Ini perilaku masyarakat. Karena di rumah tangga, ketersediaan tabung lebih dari satu. Satu terpasang, satu dua hingga tiga cadangan,” tegasnya.
Mahfudz menambahkan, terkait distribusi dari Pertamina ke agen hingga pangkalan, selama ini tidak ada masalah.
“Sempat terkendala waktu banjir Kudus-Demak. Ketika itu pasokan dialihkan. Kita dapat pasokan dari Gresik. Begitu keadaan normal, pasokan dari Pertamina ke SPBE tidak ada kendala. Distribusi lancar hingga ke pangkalan,” imbuhnya.
Mahfudz juga mengaku pihaknya juga rutin melakukan monitoring di lapangan. Selama ini, tidak ditemukan penimbunan oleh pangkalan.
“Sejauh ini kita hampir setiap minggu tiga hingga 4 hari kita lakukan monitoring. Penimbunan di pangkalan saya pastikan tidak ada. Di toko-toko besar juga tidak ada. Di pangkalan atau agen begitu datang langsung terserap masyarakat. Tidak kita temukan penimbunan,” lanjutnya.
Hanya saja, lanjut Mahfudz, situasi saat ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk berspekulasi menaikkan harga. Pedagang pengecer menjualnya tidak terkontrol hingga jauh melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET).
Senada, Wakil Bupati Rembang, M Hanies Cholil Barro’ (Gus Hanies) yang kerap mendapat aduan terkait kelangkaan gas melon mengimbau masyarakat untuk tidak panik dengan membeli gas bersubsidi dengan jumlah besar sebagai cadangan. Hal tersebut akan berdampak semakin memperburuk keadaan sehingga bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk menaikkan harga di luar kewajaran demi keuntungan pribadi.
“Masyarakat jangan panik dengan membeli gas elpiji bersubsidi secara berlebihan. Kita akan upayakan langkah terbaik agar tidak terjadi kelangkaan di lapangan. Kami segera cari solusinya,” ucapnya. Akh