REMBANGCYBER.NET, KOTA – Kenaikan harga kedelai impor sebagai bahan baku tempe dan tahu membuat perajin tempe dan tahu di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah tercekik.
Saat ini harga kedelai melonjak Rp9.500 hingga Rp10.00 per kilogram, dibanding harga sebelumnya saat kondisi normal di kisaran Rp7.500 hingga Rp8.000 per kilogram.
Perajin tempe daun jati asal Desa Sumberjo, Kecamatan Rembang, Sutini (55) mengaku bagai makan buah simalakama menghadapi kondisi sekarang ini.
Dikatakannya, sebelum harga kedelai mengalami kenaikan, kapasitas produksi usaha pembuatan tempe miliknya m ncapai 2 kuintal per hari. Namun setelah adanya kenaikan harga bahan baku kedele, kapasitas produksi mengalami penurunan menjadi 1,7 kuintal perhari.
“Bahan baku sudah mahal, pasar juga sepi terkadang juga tidak laku. Ya rugi mas. Saya jual 1 ikat isi 10 bungkus tempe ukuran kecil harga Rp 3.000, untuk yang ukuran besar harga Rp 4.500,” terangnya, Ahad (4/1/2021)
Sutini mengaku, tidak menaikkan harga tempenya meskipun konsekuensinya adalah keuntungan yang menipis
“Hanya untung sedikit mas, harga masih tetap tidak mengalami kenaikan, dan tidak ada pengurangan bahan baku sehingga kualitas juga masih sama. Kalau mogok jualan kasihan karyawan,” imbuhnya.
Sutini berharap harga kedelai kembali normal. Sebagai masyarakat kecil, ia berharap pemerintah segera turun tangan dengan menata tata niaga kedelai impor, supaya tidak terjadi lonjakan harga seperti ini.
Ditegaskannya, jika harga kedelai stabil, maka para perajin tempe dan tahu tidak dihantui ancaman kerugian.
“Semoga segera kembali normal, mau sampai kapan harga kedelai akan terus naik seperti ini. Saya sebagai perajin kecil hanya bisa berharap,” pungkasnya. Aba