Diakusi Kopi di Lawang Ombo, Lasem. Foto (Rom/Rembangcyber.com) |
LASEM,REMBANGCYBER.COM – Kecamatan Lasem selain dikenal sebagai Tingkok Kecil juga dikenal sebagai daerah dengan jumlah penjual warung kopi yang sangat banyak.
Keberadaan warung kopi lelet khas Lasem harus dikelola dengan baik sehingga mendukung terwujudnya Lasem sebagai salah satu haritage moncer di Kabupaten Rembang.
Karenanya, jangan sampai istilah kopi pangkon dan kopi tanpa “susuk” atau tanpa kembalian muncul di Lasem. Yang harus dimunculkan dari Lasem adalah sejarahnya, tradisi dan budayanya yang harus terus digali dan diangkat ke skala Indonesia bahkan dunia.
Hal itu disampaikan Bupati Rembang, H Abdul Hafidz saat Diskusi Kopi merayakan keragaman yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan Festival Lasem.
Diskusi Kopi sendiri digelar di situs sejarah Lawang Ombo Desa Dasun Kecamatan Lasem, Sabtu (18/11/2017). Menurut Bupati Hafidz, Lasem yang terkenal dengan kopi lelet termasuk warung kopinya harus dijaga, jangan sampai ada dua sebutan negatif yang melekat.
“Kalau di sana – sana ada, di Lasem tidak ada. Enaknya bukan hanya kopinya saja tapi disana sebutannya juga enak, ada yang namanya kopi pangkon, kopi tanpa susuk. Nah ini menyenangkan tapi mengganggu, oleh karena itu tujuan dan keaslian ini yang harus kita angkat, sebutan kopi pangkon ini justru bisa mencoreng Lasem,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, Arif Sambodo menuturkan bahwa pengembangan ekonomi Pemprov Jateng dalam lima tahun ke depan menyasar industri kreatif. Dari 16 sub sektor; kuliner, fashion dan kriya masuk dalam tiga besar sub sektor, dan kopi ini termasuk pengembangan sub sektor kuliner.
Pihaknya juga akan mengembangkan industri kreatif kopi yang dikombinasikan dengan potensi sejarah di daerahnya seperti Lasem. Warung kopi ini bisa dikembangkan menjadi kafe yang menarik untuk menghabiskan waktu menikmati sejarah waktu ataupun untuk diskusi.
“Tiga utama yang ada di Jawa Tengah ini adalah kuliner, fashion dan kriya. Kopi ini termasuk kuliner dan industri kreatif, rencananya akan kita kembangkan kombine dengan heritage- heritage seperti ini, dijadikan kafe- kafe atau diolah.”
Iapun menyebutkan saat ini hanya tiga kota yang menjadi produsen utama kopi di Jawa Tengah, Kebumen, Semarang dan Temanggung. Jika bisa dikembangkan di Rembang pihaknya pun sangat mendukung, pasalnya saat Rembang ataupun Lasem masih mendatangkan kopi mentah dari luar daerah.
Dalam kegiatan tersebut turut hadir Ketua Kamar Dagang Indonesia dqn UMKM, Didik Iryanto, pakar pertelevisian Agung Hartono, konsultan pendidikan berbasis spiritual Dan konsultan pariwisata Rupa Wardani serta beberap tokoh lain. (Rom)