Presiden Joko Widodo saat memberi sambutan di acara Sarang Berzikir. (Rom/Rembangcyber) |
REMBANGCYBER.NET, SARANG – Presiden Repulik Indonesia Ir Joko Widodo berkunjung ke Rembang Jumat (1/2/ 2019) petang.
Kunjungan Presiden Jokowi ini untuk bersilturahmi dengan Kiai Maemoen Zubair sekaligus menghadiri kegiatan Sarang Berzikir yang digelar di Pondok Pesantren Al Anwar Desa Karangmangu, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang.
Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi sempat mengklarifikasi sejumlah isu yang sengaja digulirkan pihak tertentu jelang pelaksanaan Pilpres 2019 pada 17 April mendatang, mulai dari isu masalah PKI hingga tuduhan dirinya anti ulama.
Yang pertama mengenai isu tuduhan dia PKI. Jokowi mengatakan saat peristiwa PKI terjadi pada tahun 1965, usianya baru 4 tahun.
“Selama ini saya diem saja, sabar, sabar ya Allah paling gitu aja. Tapi kadang-kadang kan perlu menjawab. Masak empat tahun dibilang PKI, saya diem, ya saya jawab. Mengenai PKI, saya lahir tahun 1961, sedangkan PKI terjadi pada tahun 1965, saat itu saya masih berumur 4 tahun, saya masih balita. Nggak ada PKI balita,“ ucapnya, Jumat (1/2/2019).
Kemudian soal isu anti ulama. Jokowi mengaku bagaimana dirinya anti ulama karena hampir setiap hari datang ke pondok pesantren dan dirinya pula yang mengesahkan Hari Santri tiap tanggal 22 Oktober.
“Masak anti ulama, tanda tangan Perpres Hari Santri. Logikanya itu harus dipakai, kalau Cak Lontong itu bilang, mikir, mikir. Logikanya gampang-gampang saja. Saya jawabnya juga enteng-enteng saja. Bukan marah lho, ini njawab,” tambah Jokowi.
Jokowi juga membantah dirinya melakukan kriminalisasi terhadap ulama.
“Ulama mana yang dikriminalisasi. Kalau kriminalisasi itu tidak ada kasus hukum, kemudian dimasukkan ke sel. Lha itu namanya kriminalisasi. Kalau ada masalah hukum, ada yang melaporkan, aparat melakukan penyidikan dan dibawa ke Pengadilan. Yang mutus kan pengadilan, kalau nggak salah kan bebas,“ tandasnya. (Rom)