Ngaji Generasi Milenial Anti Radikalisme di SMAN 1 Lasem. (Rom/Rembangcyber) |
REMBANGCYBER.NET, LASEM – Forum Lintas Profesi menggelar Kegiatan Sarasehan “Ngaji Generasi Milenial Anti Radikalisme” di Aula SMA N 1 Lasem, Rabu (29/5/2019) sore.
Kegiatan diikuti ratusan peserta yang didominasi para pelajar dari berbagai sekolahan diantaranya SMA N 1 Lasem, Aviecena, Muhammadiyah dan lainnya.
Peserta mendapatkan berbagai pengetahuan baru untuk menolak ekstremisme, radikalisme.
Sarasehan dikemas sederhana dan ditutup dengan buka puasa bersama.
Narasumber Muhammad Nadhif Shidqi kepada peserta bercerita tentang kondisi pada tanggal 21-22 Mei 2019 lalu di depan Kantor Bawaslu Pusat.
Dari ilustrasi kejadian tersebut, selanjutnya ia menjabarkan materi tentang ekstrimisme, radikalisme dan militansi.
“Ekstremisme, radikalisme dan militansi itu harus diartikan kata perkata. Ekstrem itu sesuatu yang yang bermakna terlalu (berlebihan). Sikap ekstrem itu tidak baik karena melebihi batas. Radikal itu di dalamnya mengandung makna merubah yang ujug-ujug (secara tiba-tiba, red). Ekstremisme dan radikalisme harus dihindari,” paparnya.
Selanjutnya ia menjelaskan tentang arti militansi yang merupakan simbol kebersamaan dalam hal menjunjung tinggi nilai-nilai yang luhur.
“Militansi merupakan sebuah sikap yang harus dimilki oleh setiap anggota oragnisasi maupun instansi untuk selalu menjunjung tinggi nama baik. Militansi ini bagus. Militansi ini bisa dimiliki oleh adik-adik tanpa mengedepankan sikap radikal. Sehingga nantinya bisa militan membela almamater,” jelasnya.
Gus Nadhief menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk mempererat tali persaudaraan dan persatuan NKRI adalah mengembangkan sikap toleransi yang kuat sehingga ke depannya Indonesia bisa menjadi negara yang kuat.
Sementara itu, narasumber lainnya, Sekretaris GP Ansor Rembang, Pujianto menegaskan pentingnya membentengi para pelajar dan generasi muda dari hal negatif khususnya terkait radikalisme.
“Saat ini pelajar SMA, SMK bahkan mahasiswa menjadi jadi target lahan basah untuk direkrut menjadi gerakan radikal baik itu dengan balutan agama maupun komunitas. Itu harus dicegah dan dibentengi dengan memberikan pemahaman yang benar terkait bahaya radikalisme. Oleh sebabnya kegiatan ini sangat bermanfaat bagi pelajar dan siswa untuk membentengi dari faham radikalisme itu sendiri,” terangnya.
Terkait bahaya hoaks, Guru dari SMA N 1 Lasem, Imron Wijaya mengimbau kepada siswa-siswinya untuk berhati hati dalam menyikapi pemberiataan yang ada di media sosial.
“Medsos memang saat itu (21-22 Mei) sengaja dibatasi sebab nanti bisa menyebarkan hoaks dan lainnya. Sekarang bisa mudah masuk penjara melalui ketikan jari di medsos. Kalau dulu dengan ucapan, tapi kali ini dengan jari bisa mengantarkan ke penjara jika medsos tak dimanfaatkan dengan positif dan baik,” ucapnya. (Rom)