Nenek Penderita Kanker Stadium Empat, Butuh Biaya Pengobatan

13_07_58_buruh-bubut-ayam-penderita-kanker-payudara

Rembang, Rembangcyber.net – Mundasih (61), warga RT 02 RW 07 Dukuh Badeg Desa Sridadi Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang terbaring lemah di rumahnya. Ia hanya bisa menahan sakit yang dideritanya.

Ya, Mundasih yang hanya seorang buruh bubut ayam, yang hidupnya pas-pasan ini menderita penyakit kanker payudara stadium empat. Ia harus segera dioperasi agar penyakit kanker yang dideritanya tidak mengancam keselamatan jiwanya.

Karena keadaan, Mundasih harus bersabar untuk pengobatan penyakitnya. Suaminya, Surip Karyono hanya seorang petani kecil. Penghasilannya yang pas-pasan, hanya cukup buat biaya hidup sehari-hari. Untuk wira-wiri berobat ke Semarang, Mundasih hanya mengandalkan uluran tangan anak dan saudaranya.

Mundasih miliki 8 anak, salah satunya telah meninggal dunia. Sebagian anaknya memang sudah berkeluarga, namun kondisi perekonomian juga masih terbilang pas-pasan sehingga tidak mungkin untuk dijadikan sandaran. Sementara anak ragilnya, Sofiyah (19) masih mondok di pesantren tahfidz dan kini tengah menghafal 20 juz.

Mundasih mengidap kanker payudara sejak dua tahun silam tepatnya tahun 2022.

cek

Menurut penuturan adik kandung Mundasih, Muntakib (46), kakaknya dahulu kerja sebagai buruh bubut ayam.

“Saat awal-awal sakit masih kerja. Ketika itu belum diketahui kanker. Seiring berjalannya waktu, kakak dinyatakan positif kanker. Delapan bulan yang lalu sudah tidak lagi bekerja, hanya terbaring di rumah,” tutur Muntakib, Rabu (10/1/2024).

Muntakib menambahkan, penyakit kanker kakaknya semakin hari semakin parah.

“Sampai puting susunya lepas tidak terasa. Penyakit terus menggerogoti kesehatan dan saat ini menjalar hingga tangan kanannya membengkak,” imbuhnya.

Mundasih sudah beberapa kali berobat. Sempat opname di RSUD dr Soetrasno Rembang selama seminggu. Tak hanya itu, Mundasih juga sempat berobat hingga tiga kali di RS Sultan Agung Semarang dan enam kali 6 kali berobat ke RS Kariadi Semarang.

“Sudah berobat ke Semarang enam kali. Kemarin di Kariadi sempat diambil sampel sebelum dilakukan operasi. Lalu oleh pihak rumah sakit disuruh pulang. Besok Jumat (12/1/2024) ke sana lagi. Semoga bisa langsung dioperasi sehingga tidak wira-wiri,” imbuhnya.

Dengan kondisi sakit yang dialaminya, Mundasih hampir putus asa. Pasalnya jarak yang jauh mencapai 110 kilometer membuat fisiknya semakin drop kalau harus pulang pergi ke Semarang. Belum lagi biaya wira-wiri yang tidak sedikit yang sulit ia dapatkan.

“Pasien sudah pasrah karena keadaan. Kami membuka pintu seluas-luasnya mungkin ada pihak pihak yang ingin membantu pengobatan kakak,” pinta Muntakib.

Atas kondisi tersebut, Lazisnu Rembang berusaha membantu memfasilitasi pasien untuk berobat ke Semarang.

“Kita bantu fasilitasi kendaraan dari Lazisnu. Kita juga carikan rumah singgah agar pasien tidak wira-wiri Rembang-Semarang. Karena menurut info dari keluarga, harus mengantri untuk mendapat kamar,” ucap Ketua Lazisnu Rembang, Naf’an Fuadi.

Naf’an juga mengetuk hati para dermawan untuk bisa membantu pengobatan Mundasih.

“Kami mengetuk hati para dermawan yang ingin membantu meringankan beban keluarga. Bisa langsung ke keluarga atau dititipkan ke Lazisnu Rembang,” imbuh Naf’an.

Kanker payudara kini mengancam hidup Mundasih. Dia tak menyangka benjolan kecil yang semula muncul di payudaranya kini harus membuatnya hanya bisa tergolek lemas di tempat tidur. Rom

Exit mobile version